cari

Jumat, 24 Oktober 2008

PRABOWO: BUDAYA SALING CURIGA DI INDONESIA

Terus melesatnya Popularitas dari Prabowo Subianto menjadi catatan sendiri bagi dunia politik di Indonesia. Bersama Partai Gerindra, Prabowo berhasil melempar isu kesejahteraan petani dan membangun rasa kebangsaan yang mampu menarik simpati masyarakat untuk mendukungnya sebagai calon Presiden RI 2009-2014. Apa yang mendorong Prabowo untuk terus bersemangat walaupun sempat dihina, dinistakan dan direndahkan martabatnya oleh orang-orang?
Pertanyaan mendasar ini disampaikan The Ary Suta Center dalam acara Leadership Mentoring Sessions di bilangan Prapanca, Jakarta, Rabu (22/10). Menurut Prabowo, ia sudah menyampaikan kepada Partai Gerindra apabila partai ini berhasil memenuhi persyaratan untuk mencalonkan seseorang dan tetap menghendaki dirinya, sebagai warga negara yang bertanggung jawab ia siap untuk maju sebagai calon Presiden.
Namun mantan Pangkostrad ini merasakan di Indonesia ada budaya selalu curiga, disatu pihak kita menghendaki pemimpin-pemimpin yang handal, dilain pihak setiap ada yang mau maju selalu dicurigai. Dalam pemahaman seorang Prabowo, bahwa Republik mewajibkan setiap warga negaranya yang mempunyai kemampuan fisik, kemampuan intelektual dan kemampuan ekonomi untuk menawarkan diri mengabdi untuk Republik itu. "Kita harus menghormati, mereka yang mau maju sebagai Bupati, Walikota, Gubernur. Begitu juga dengan Presiden, kita harus menghormati SBY yang mau maju lagi, menghormati Ibu Mega yang mencalonkan diri lagi, kita harus menghormati semua orang yang mau menawarkan diri, tapi sayangnya di kita tidak seperti itu, setiap ada yang mau maju, selalu ada yang mencurigai. Padahal yang kita lakukan adalah hanya menawarkan diri, rakyatlah nanti yang memilih," paparnya.
Menjawab pertanyaan soal dihina, difitnah, dinistakan, dipecat, Prabowo menganggapnya sebagai hal yang biasa, "itu bagian dari politik. Apa yang terjadi pada saya pada tahun 1998, mungkin bagi orang-orang yang kenal dengan saya dirasa itu getir, itu sesuatu yang menyedihkan, tetapi karena waktu itu saya sebagai prajurit yang berkhidmat dan bersumpah untuk membela bangsa dan negara, bila perlu mengorbankan jiwa dan raganya. Jadi kalau jiwa dan raganya saja sudah siap untuk dikorbankan, apalah artinya pangkat dan jabatan. Itulah komitmen saya," ujarnya.
Sebagai panglima kostrad yang membawahi begitu banyak batalyon terkuat di Indonesia, Prabowo sama sekali tidak mengambil kesempatan untuk melakukan pengambil alihan kekuasaan pada mei 1998 silam. "Tidak ada dasar hukum yang melegitimasi untuk melakukan itu. Saya ingin membuktikan tunduk dan patuh kepada UUD, saya tidak banyak bertanya tentang pemberhentian diri saya dari militer, bahkan waktu itu kepada presiden Habibie saya menghadap untuk menanyakan apakah betul ini keputusan beliau, dan Habibie bilang ya. Saya minta waktu dua minggu untuk membuat memorandum dan melakukan serah terima, namun Habibie langsung menjawab tidak bisa. Sebagai prajurit, saya tetap tenang, karena itu tidak seberapa untuk saya. Saya pernah menjalani masa yang jauh lebih buruk dari sekedar hilang kepangkatan. Itu hanya titipan Tuhan, ada saatnya menang dan ada saatnya harus gugur," katanya.
Sedikit berkelakar, Prabowo menceritakan pengalaman dirinya kalah di Konvensi merupakan suatu proses pembelajaran yang mahal bagi dirinya tentang politik di Indonesia. "Mebutuhkan stamina yang kuat dan siap untuk dibohongi. Politik Indonesia banyak yang pragmatis dan transaksional."
"Apa yang dialami ekonomi kita sebagai dampak dari krisis di Amerika dan Eropa, sebetulnya itu sudah saya peringatkan dalam ucapan-ucapan saya, dalam wawancara-wawancara saya pada tahun 2004, bahwa saya termasuk orang yang dari dulu mengatakan hati-hati kalau kita hanya patuh pada IMF, hati-hati dengan ekonomi neo liberal dan kapitalisme tanpa kendali. Tapi waktu itu kan saya malah ditertawakan, malah dikucilkan, dulu tidak ada wartawan yang mau datang kalau saya mau press conference, yang ditanya selalu seputar HAM dan orang hilang. Dan ternyata sejarah telah membuktikan, memperlihatkan kepada bangsa Indonesia bahwa memang benar kapitalisme tanpa kendali membawa kesengsaraan kepada rakyat banyak. Jadi bagi mereka pejabat publik yang tidak pernah terjun ke sektor riil kepada dunia wira usaha, akan sulit merasakan dan mengikuti perkembangan ini," tambahnya lebih lanjut.
Dalam kesempatan itu Prabowo juga mengkritisi beberapa hal seperti demokrasi di Indonesia yang mengalami suatu euforia untuk berlomba mengambil kekuasaan dengan tidak memperhatikan ekonomi yang mensejahterakan masyarakat, otonomi daerah memiliki skala prioritas yang keliru dimana setelah pemekaran yang diutamakan adalah pembangunan kantor bupati yang megah, kantor dewan dan pemerintahan lainnya, padahal lebih baik dprioritaskan pembangunan puskesmas, jalan dan kantor pelayanan. Menurut data dan statisktik yang dimiliki, Prabowo menyampaikan, di Indonesia hampir setiap minggu terjadi kebakaran pasar, kemudian digusur oleh developer dan dijual kembali kepada pedagang dengan harga yang tidak rasional. Misalnya saja di Pasar Blok M untuk basement harganya 20 juta per Meter sedangkan untuk letak yang diatas bisa mencapai 60 juta per meter. Dikhawatirkan bila dibiarkan begitu saja akan menimbulkan pertikaian.
Demikian juga dengan ledakan penduduk, "kalau kita tumbuh 2% satu tahun saja, berarti lima juta mulut baru yang lahir setiap tahun, berarti kita harus menambah persediaan pangan, perumahan, lahan untuk lima juta mulut baru itu. Setiap tahun lahir kumpulan manusia yang lebih banyak dari penduduk Singapura, setiap empat tahun lahir kumpulan manusia yang lebih besar dari Malaysia, dari Australia, dan ini bukan masalah kecil," ujar Prabowo yang turut prihati terhadap perubahan iklim yang akan berpengaruh terhadap kita, meningkatnya permukaan air laut akibat pemanasan global, diprediksi Jakarta akan tenggelam dalam dua puluh tahun lagi. "Jadi saya tidak percaya dengan istilah program seratus hari pertama setelah terpilih jadi presiden, itu hanya bersifat ke-PR-an, untuk menarik perhatian saja."
Menanggapi pemanggilan dirinya oleh Pansus orang hilang yang mulai bekerja kemarin, Prabowo akan melihat dasar hukum dan legitimasinya. "Memang ada sebagian politisi yang ingin memiliki kekuasaan hanya untuk memperkaya diri sehingga merasa terganggu dengan program yang ditawarkan, mungkin lain halnya kalau popularitas saya hanya satu persen dan tidak naik signifikan, mungkin tidak ada yang mengungkit-ungkit peristiwa sepuluh tahun lalu," timpalnya.
Sampai dengan saat ini baru Partai Gerindra yang mencalonkan dirinya sebagai presiden, menurut pengakuan Prabowo, belum ada satupun Partai lain yang menghubungi dirinya terkait dengan pencalonannya, baik sebagai Presiden maupun Wakil Presiden, "Undang-undangnya pun belum pasti, berapa persen persyaratan pencalonan Presiden dari Partai, untuk itu saya masih melihat berbagai kemungkinannya," ujarnya.
Menutup pembicaraannya, Prabowo sekali lagi mengingatkan bahwa apa yang ia lakukan sekarang ini hanyalah semata-mata untuk kebaikan bangsa dan negara. Parbowo Subianto sebagai anak bangsa hanya menawarkan diri untuk melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih baik, pada akhirnya rakyatlah yang akan menentukan. Kalaupun tidak terpilih tidak mejadi masalah besar karena ia akan kembali hidup sebagai pengusaha dan mengurusi para petani.
Riz-Q May

Tidak ada komentar: