cari

Jumat, 24 Oktober 2008

Dari Seorang Sahabat

Bahan Renungan Untuk Anda, Sahabatku, yang mungkin terlalu sibuk bekerja...
>> Luangkanlah waktu sejenak untuk membaca dan merenungkan pesan ini...
>>
>> Alhamdulillah, Anda beruntung telah terpilih untuk mendapatkan kesempatan membaca email ini.
>>
>> Aktifitas keseharian kita selalu mencuri konsentrasi kita. kita seolah lupa dengan sesuatu yang kita tak pernah tau kapan
>> kedatangannya. Sesuatu yang bagi sebagian orang sangat menakutkan.Tahukah kita kapan kematian akan menjemput kita???
>> berikanlah waktu anda dan bacalah sampai habis, semoga dapat menjadikan
>> hikmah buat kita semua dan sadar, bahwa kita akan mati dan tinggal menunggu waktunya,
>>
>> semoga kita termasuk dalam orang-orang yang khusnul
>> khotimah.... amien.... .
>>
>>
>> Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku
>> dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar doa ibuku saat pulang
>> dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia
>> selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat
>> begitu lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang.
>>
>> Aku sungguh heran, bahkan hingga aku berkata kepada diri
>> sendiri :
>>
>> "Alangkah sabarnya mereka....setiap hari begitu...benar- benar mengherankan!
>>
>> "Aku belum tahu bahwa disitulah kebahagiaan orang mukmin dan itulah
>> shalat orang orang pilihan. Mereka bangkit dari tempat tidurnya untuk
>> munajat kepada Allah.
>>
>> Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang
>> matang. Tetapi diriku semakin jauh dari Allah padahal
>> berbagai nasehat selalu kuterima dan kudengar dari waktu ke waktu. Setelah
>> tamat dari pendidikan, aku ditugaskan di kota yang jauh dari kotaku.
>>
>> Perkenalanku dengan teman-teman sekerja membuatku agak
>> ringan menanggung beban sebagai orang terasing.
>>
>> Disana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur'an.
>> Tak ada lagi suara ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku
>> benar-benar hidup sendirian, jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami
>> nikmati. Aku ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah jalan tol.. Di
>> samping menjaga keamanan jalan,tugasku membantu orang-orang yang
>> membutuhkan bantuan.
>>
>> Pekerjaan baruku sungguh menyenangkan. Aku lakukan
>> tugas-tugasku dengan semangat dan dedikasi tinggi.
>>
>> Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak. Aku
>> bingung dan sering melamun sendirian .... banyak waktu luang ...
>> pengetahuanku terbatas.
>>
>> Aku mulai jenuh ... tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku
>> sebatang kara. Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya
>> kecelakaan dan orang-orang yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentuk
>> penganiayaan lain.
>>
>> Aku bosan dengan rutinitas.. Sampai suatu hari terjadilah sebuah
>> peristiwa yang hingga kini tak pernah aku lupakan.
>>
>> Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas
>> disebuah pos jalan..
>>
>> Kami asyik ngobrol ... tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara
>> benturan yang amat keras. Kami mengedarkan pandangan. Ternyata,
>> sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arah yang
>> berlawanan.
>> Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong
>> korban. Kejadian yang sungguh tragis.
>>
>> Kami lihat dua awak salah satu mobil dalam kondisi kritis.
>> Keduanya segera kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di
>> tanah. Kami cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya
>> telah tewas dengan amat mengerikan.
>>
>> Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam
>> kondisi koma. Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat.
>> Ucapkanlah "Laailaaha Illallaah .... Laailaaha Illallaah ."
>> perintah temanku. Tetapi sungguh mengerikan, dari mulutnya malah meluncur
>> lagu-lagu. Keadaan itu membuatku merinding.
>>
>> Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang
>> sekarat ...
>>
>> Kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat. Aku diam
>> membisu. Aku tak berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku
>> belum pernah menyaksikan orang yang sedang sekarat, apalagi dengan
>> kondisi seperti ini.
>>
>> Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan
>> syahadat.
>>
>> Tetapi .... keduanya tetap terus saja melantunkan lagu.
>>
>> Tak ada gunanya ... Suara lagunya terdengar semakin melemah
>> .... lemah dan lemah sekali. Orang pertama diam, tak bersuara lagi,
>> disusul orang kedua.
>>
>> Tak ada gerak .... keduanya telah meninggal dunia. Kami segera membawa
>> mereka ke dalam mobil. Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatahpun.
>>
>> Selama perjalanan hanya ada kebisuan. Hening...
>>
>> Kesunyian pecah ketika temanku mulai bicara..Ia berbicara tentang hakikat
>> kematian dan su'ul khatimah (kesudahan yang buruk).
>>
>> Ia berkata "Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk..
>>
>> Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya selama di dunia.
>>
>> "Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai kisah yang
>> diriwayatkan dalam buku-buku islam. Ia juga berbicara bagaimana
>> seseorang akan mengakhiri hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara lahir batin.
>>
>> Perjalanan kerumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan
>> kami tentang kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya
>> tatkala ingat bahwa kami sedang membawa mayat. Tiba-tiba aku menjadi takut
>> mati. Peristiwa ini benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku. Hari
>> itu, aku shalat khusyu' sekali.
>>
>> Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan peristiwa itu.
>> Aku kembali pada kebiasaanku semula ... Aku seperti tak pernah
>> menyaksikan apa yang menimpa dua orang yang tak kukenal beberapa waktu yang
>> lalu. Tetapi sejak saat itu, aku memang benar-benar menjadi benci kepada
>> yang namanya lagu-lagu. Aku tak mau tenggelam menikmatinya seperti sedia kala.
>>
>> Mungkin itu ada kaitannya dengan lagu yang pernah kudengar dari dua
>> orang yang sedang sekarat dahulu. Kejadian yang menakjubkan!.
>>
>> Selang enam bulan dari peristiwa mengerikan itu .... sebuah kejadian
>> menakjubkan kembali terjadi di depan mataku. Seseorang mengendarai
>> mobilnya dengan pelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah
>> terowongan menuju kota . Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang
>> kempes. Ketika ia berdiri dibelakang mobil untuk menurunkan ban serep,
>> tiba-tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah
>> belakang. Lelaki itupun langsung tersungkur seketika.
>>
>> Aku dengan seorang kawan, bukan yang menemaniku pada peristiwa pertama
>> cepat-cepat menuju tempat kejadian.
>>
>> Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula kami menghubungi rumah sakit
>> agar langsung mendapat penanganan. Dia masih sangat muda, wajahnya
>> begitu bersih.Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik,
>> sehingga tak sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu. Ketika
>> kami membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang
>> keluar dari mulutnya.
>>
>> Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an ... dengan suara amat lemah.
>>
>> "Subhanallah ! dalam kondisi kritis seperti itu ia masih sempat
>> melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an ? Darah mengguyur seluruh
>> pakaiannya, tulang-tulangnya patah, bahkan ia hampir mati. Dalam kondisi
>> seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan suaranya yang merdu.
>>
>> Selama hidup, aku tak pernah mendengar bacaan Al-Qur'an se indah itu.
>> Dalam batin aku bergumam sendirian "Aku akan menuntunnya membaca
>> syahadat sebagaimana yang dilakukan oleh temanku terdahulu ... apalagi
>> aku sudah punya pengalaman." aku meyakinkan diriku sendiri. Aku dan
>> kawanku seperti terhipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qur'an yang merdu itu.
>>
>> Sekonyong-konyong sekujur tubuhku merinding, menjalar dan menyelusup ke
>> setiap rongga. Tiba-tiba, suara itu terhenti. Aku menoleh kebelakang.
>>
>> Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya
>> terkulai, aku melompat ke belakang.
>>
>> Kupegang tangannya, degup jantungnya, nafasnya, tidak ada yang terasa..
>> Dia telah meninggal. Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku
>> menetes, kusembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku.
>>
>> Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah meninggal.
>> Kawanku tak kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan
>> diriku. Aku terus menangis air mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil
>> betul-betul sangat mengharukan. ...Sampai di rumah sakit .....Kepada
>> orang-orang di sana , kami mengabarkan perihal kematian pemuda itu dan
>> peristiwa menjelang kematiannya yang menakjubkan.
>>
>> Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit
>> yang meneteskan air mata.
>>
>> Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri
>> jenazah dan mencium keningnya. Semua orang yang hadir
>> memutuskan untuk tidak beranjak sebelum mengetahui secara pasti kapan
>> jenazah akan dishalatkan. . . Mereka ingin memberi penghormatan terakhir
>> kepada jenazah. Semua ingin ikut menyolatinya.
>>
>> Salah seorang petugas rumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut
>> mengantar jenazah hingga ke rumah keluarganya. .
>>
>> Salah seorang saudaranya mengisahkan, ketika kecelakaan, sebetulnya
>> almarhum hendak menjenguk neneknya di desa. Pekerjaan itu rutin ia
>> lakukan setiap hari senin. Disana almarhum juga menyantuni para janda,
>> anak yatim dan orang-orang miskin.
>>
>> Ketika terjadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan beras, gula,
>> buah-buahan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa
>> membawa buku-buku agama dan kaset-kaset pengajian. Semua
>> itu untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang yang dia santuni. Bahkan
>> juga membawa permen untuk dibagikan kepada anak-anak kecil.
>>
>> Bila tiba saatnya kelak, kita menghadap Allah Yang Perkasa. hanya ada
>> satu harap, semoga kita menjadi penghuni surga. Biarlah
>> dunia jadi kenangan, juga langkah-langkah kaki yang terseok, di sela dosa dan pertaubatan.
>>
>> Hari ini, semoga masih ada usia, untuk mengejar surga itu, dengan
>> amal-amal yang nyata : "memperbaiki diri dan mengajak orang lain "
>>
>> Allah Swt berfirman: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
>> sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang
>> siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh
>> ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. " (QS. Al-Imran:185)
>>
>> Rasulullah Saw telah mengingatkan dalam sabdanya, "Barangsiapa yang
>> lambat amalnya, tidak akan dipercepat oleh nasabnya."
>>
>> Saudaraku, siapa yang tau kapan, dimana, bagaimana, sedang apa, kita
>> menemui tamu yang pasti menjumpai kita, yang mengajak menghadap Allah SWT.
>>
>> Orang yang cerdik dan pandai adalah yang senantiasa mengingat kematian
>> dalam waktu-waktu yang ia lalui kemudian melakukan persiapan persiapan untuk menghadapinya.
>>
>> Note : amalkan ilmu, sampaikan walau satu ayat, salah satu amalan yang
>> terus mengalir walau seseorang sudah mati adalah ilmu yang bermanfaat.
>>
>> Begitulah hendaknya engkau nasehati dirimu setiap hari karena engkau
>> tidak menyangka mati itu dekat kepadamu bahkan engkau mengira engkau
>> mungkin hidup lima puluh tahun lagi, Kemudian engkau menyuruh dirimu
>> berbuat taat, sudah pasti dirimu tidak akan patuh kepadamu dan pasti ia
>> akan menolak dan merasa berat untuk mengerjakan ketaatan.
>>
>> Nasehat ini terutama untuk diri saya sendiri, dan saudara-saudaraku
>> seiman pada umumnya.
>>
>> Orang Cerdas Adalah Orang Yang Mengingat Akan Kematian,
Riz-Q May

Tidak ada komentar: