cari

Minggu, 10 Agustus 2008

10 Most Hillarious, Humorous, and Hideous Gossips I Found

Just for the fun of it (and not so fun of it), I’ve highlighted some of the most intriguing news (read: gossip) out there, written by the media or shared by the public through discussion forums. Some were disturbing, but some were absurdly funny. And here they are in random order:

#1: The Titanic Sinks Us (Again)

“Ada sekelumit kisah di balik gugatan cerai Dewi Lestari pada suaminya, penyanyi Marcell. Rupanya sebelum memutuskan bercerai, pasangan dengan satu anak itu mendengarkan album soundtrack film Titanic. 'Ketika kami memutuskan, kami memasang lagu Titanic dan kita saling curhat,' jelas Marcell.”
[InfoGue.Com]

Fact:

Saat kami konferensi pers, seorang wartawan yang masih belum puas dengan jawaban yang sudah kami berikan lantas meminta keterangan lebih lanjut mengenai alasan perpisahan kami berdua, dan Marcell menjawab “Kalau mau diceritain semuanya ya panjang banget, kita harus ngobrol semalam suntuk…” dan dengan bercanda Marcell menambahkan, “sambil pasang lilin, dengerin lagu Titanic…”. My dear friends of the media, that’s called hyperbolism. And it was meant to be a joke.

Dee’s Comment:

You gotta be kidding me. Titanic soundtrack? TITANIC? Look, if there’s a song we would choose for such an important and dramatic moment, it would definitely be “Kemesraan” from Iwan Fals and Rafika Duri! Why? Cause we support our local music! And if someone’s still taking my statement seriously, then God have mercy on your humorless soul.


#2: Too Much Information

"Istana Baru Sang Supernova: Dewi Lestari seolah ingin mengubur kisah masa lalunya bersama Marcell dengan berpindah rumah... Dewi membeli rumah yang kini ia tempati bersama buah hatinya, Keenan Avalokita Kirana Siahaan itu, dari pemilik pertama dengan harga mendekati Rp 1 miliar."
[Tabloid C&R].

Fact:

Well, terkecuali bumbu “mengubur kisah masa lalu” dan masalah teknis mengenai kepemilikan rumah, harga, dsb, saya memang sekarang berdomisili di Jakarta. That's the single fact in the whole story (oh, they also mentioned about Keenan's four-wheeled bike. I don't know how the heck they knew about it, but it's actually true. However trivial and unimportant the detail is).

Dee’s Comment:

Sadly, I found this news as the most unethical and impolite one. Why? Belum pernah seumur hidup saya berkarier, sebuah media dengan tanpa izin mencantumkan alamat rumah saya. Tidak tanggung-tanggung, bahkan sang wartawan (Fitriawan Ginting) memotretnya tanpa sepengetahuan dan seizin saya. Hal ini, selain tidak etis, juga sudah menyinggung masalah keamanan bagi saya dan keluarga. Fyi, I didn't purchase the house, it was rented.


#3: Lost In Time

“Mediasi dipimpin oleh Baslin Sinaga dari PN Bale Endah. Mediasi itu tampaknya berlangsung alot, karena memakan waktu sekitar 1,5 jam.”
[Tabloid Nova]

Fact:

Mediasi berlangsung 30 menit saja. Bahkan kurang.

Dee’s Comment:

Saya tidak tahu wartawan yang menuliskan ini menunggu di lorong waktu mana. Entah dia juga memasukkan waktu perjalanannya menuju PN Bale Endah yang memang terletak di wilayah Bandung coret. Tapi inilah bukti bahwa begitu banyak informasi yang ditulis secara resmi, nyatanya tidak ditulis dengan akurasi dan ketelitian, sekalipun terdengar meyakinkan. Dengan “memuainya” waktu dari 30 menit ke 90 menit, tentu bumbu “mediasi berjalan alot” menjadi pas. Namun sesungguhnya, yang faktual terjadi tidak selalu pas dengan bumbu yang diramu.


#4: The Ghastly & Ghostly Interview

“Isu adanya orang ketiga memang menyeruak, seiring retaknya rumah tangga Dewi Lestari dan Marcell Siahaan. 'Saya sama sekali tidak ada hubungan spesial dengan pakar holistik yang Anda sebutkan itu. Hubungan saya dan Marcell dengan dia, hanya sebagai teman,' bantah perempuan ini mengawali pembicaraannya dengan sejumlah wartawan, termasuk Edy Suherli, dari C&R. Berikut petikannya:
C&R: Benarkah karena kehadiran orang ketiga?
D: Tidak ada orang ketiga ataupun persoalan KDRT. Semua murni persoalan intern kami, yang sudah tidak bisa disatukan lagi.
C&R: Bukankah Anda dekat dengan seorang pakar holistik yang bernama Reza Gunawan?
D: Kalau dengan dia, saya hanya berteman biasa. Marcell juga berteman dengan dia. Jadi tidak ada hubungan yang spesial antara saya dengan dia.”
[Tabloid C&R by Edy Suherli]

Fact:

Wawancara dialogis di atas sama sekali tidak pernah terjadi. Pertanyaan tersebut tidak pernah diajukan, apalagi jawabannya. Pada saat konferensi pers, kami tidak melayani wawancara individual dengan media mana pun. Semua media kami jawab dan layani secara kolektif. Sampai saat ini, kami pun masih belum bersedia melakukan wawancara eksklusif dengan pihak mana pun. Semua berita yang beredar mengenai masalah ini secara resmi ditanggapi hanya lewat satu kali konferensi pers itu saja, jika ada yang diberitakan di luar daripada itu, berarti diambil dari sumber lain atau cuma materi olahan sendiri.

Dee’s Comment:

Saya tidak tahu persis maksud dan tujuan tabloid C&R dengan wawancara imajinernya. Karena jika pertanyaan tersebut benar-benar diajukan, jawaban saya akan sangat lain. Reza Gunawan has been one of our dearest friends for years, and this is what I must say: there’s nothing unspecial about our relating. Everything about it, is special. He is one of the very few trusted friends that has been supporting us all this time. However, he had nothing to do with our decision to separate in the first place.
So, let me get this chronology straight: keputusan saya dan Marcell untuk pelan-pelan berpisah terjadi pada akhir tahun 2006. Kesiapan kami untuk berpisah secara legal dibulatkan pada akhir tahun 2007. Awal 2008, kami mulai menjajaki masalah teknis (pengacara, proses peradilan, dsb).
From the time of NOW, if there’s someone that is very close (or some of you may call it ‘extra-special’) with me at the moment, that person would definitely be Reza Gunawan, and no one else. We began to allow our relating to evolve to the stage we're now at, which was quite recently, only after me and Marcell had confirmed our legal separation. Tapi dengan menyeruaknya kabar perceraian ini di media, dan tentu saja, tidak ada orang yang mengharapkan kabar yang "biasa-biasa", nama Reza dan institusi yang didirikannya sempat diseret dan dikaitkan sebagai penyebab perpisahan kami. Semoga penjelasan ini dapat menjadi acuan lebih baik untuk penyusunan berita gosip Anda, sekalipun saya yakin, penjelasan ini pun masih bisa diinterpretasikan dengan 'miring', tergantung daya tangkap dan niat dari pihak yang membaca. Dan jika kronologi waktu yang saya jelaskan di atas masih juga dikacaukan, baik karena memang belum tahu atau sengaja, then it's entirely your own problem.
Mudah-mudahan saya salah, tapi sukar untuk tidak mengasumsikan bahwa wawancara imajiner di atas didesain sebagai “bumerang” bagi saya di kemudian hari, yang barangkali diharapkan menjadi gosip panas berikutnya. Well, let me ruin that genious plan of yours. I’ll say this again: there’s NOTHING UN-SPECIAL about me and Reza. We've always loved each other as best friends, and now we love each other as companions. Oh, by the way, don’t bother to sneak this info to Marcell… cause, guess what? Not only that he knows, we also hang out together! The three of us! Especially that now we're shamelessly endorsing Blackberry for free! *Photo taken on August 5th, 2008, while celebrating Keenan's 4th birthday.




#5: The Desperate Attempt to Rewrite History

“Jadi… ketidakcocokan Marcell dan Dewi Lestari memang udah terjadi dari taun lalu. Marcell ini ibaratnya baru melek sama pergaulan Jakarta, karena dulunya tinggal di Bandung sebelum ngetop nyanyi dengan Shanty. Awalnya dia kan dulu drummernya Puppen band underground gitu, tiba-tiba kok nyanyi lagu pop? (gak punya pendirian bener). Trus setelah ngetop dengan "Hanya Memuji" dia kawin dengan Dewi. Trus, sekarang ini dianya kayak 'culture shock' gimana gitu deh. Tiap gue clubbing di mana, sering banget ada Marcell. No Dewi. Dewi kan emang gak suka clubbing, sukanya meditasi sama nulis di komputer. Sedangkan Marcell kerjanya keluar mulu, gaul sama cewe-cewe cakep, model-model, sampe akhirnya nyangkut dengan model "ISABEL JAHJA" (Abel). Pokoknya social climber bener deh, jadi kesannya norak dan kampung menurut gue. Aduh capek deh pasangan ini, gak di mana-mana ciuman dan grepe2 (enek liatnya), terutama di tempat clubbing dan kesian dalam hati karena Dewinya gak tau apa-apa. Tapi akhirnya Dewinya tau juga. Katanya sih sempet menangkap basah Marcell dan Abel sedang... yah you know lah. Akhir cerita Dewinya mau cerai, dan kabarnya sih udah mau proses. Kesian ya Dewi, padahal orangnya baik, pinter, spiritual pula. Marcell-nya emang masih rada anak kecil gitu sih. Yah maklumlah baru melek pergaulan Jakarta (dasar norak).”
[Thread from Forum Detik.com. Posted by: Lollypopsicle]

Dan ketika ada komentator yang meragukan keabsahan kisahnya, dengan yakinnya ia menambahkan:

Yah, liat aja entar. Orangnya yang curhat langsung kok, Bos.


Fact:

Abel is a dear friend of mine. Those horrific incidences—‘menangkap basah’, ‘menangkap kering’, and everything in between—never happened. She had nothing to do with our decision to separate.

Dee’s Comment:

Whoever you are, I appreciate your ‘positive’ review on me. But just between you and me, do you think I will be stupid enough to actually ‘curhat langsung’ to you, an obvious person who doesn’t know what she/he is talking about, and who doesn’t know anything about me? Let me make this clear. Once and for all. Berikut adalah kategori orang-orang yang TIDAK MUNGKIN menjadi teman curhat saya:
• Mereka yang menyangka pekerjaan saya hanya meditasi dan nulis di komputer.
• Mereka yang menyangka Marcell doyan clubbing. He went to club mostly for work, because he once had a trio with a DJ (DJ Romy) and a drummer (Tyo Nugros), where all of their gigs were performed at clubs. Marcell is a vegetarian, he practices Taichi and Brazilian Jiu-jitsu, and he doesn't smoke or drink alcohol or do drugs. How fun can that be for a clubber? Go figure.
• Mereka yang menyangka seorang Marcell bisa culture shock hanya karena pindah dari Bandung ke Jakarta, I mean, get real. Bandung is 2 hours away from Jakarta, and he had a music career since junior high. And if later you become a recording artist plus a professional actor like him, no matter where you live, you’ll be working a lot in the heart of Jakarta from day one of your career. Unless you’ve been living in Lembah Baliem for your whole life, nothing can be TOO shocking about clubbing life in Jakarta. Social climber? Hello? No ladder that we can see from up here! Nor we care!
• Mereka yang masih mempermasalahkan keluarnya Marcell dari Puppen. It’s so 90’s. Get the hell out of your broken time machine and start live in the now.


#6: The Timeless Underground War

“Karma kali, gara2 Marcell keluar dari Puppen dan malah jadi penyanyi pop.
Pernah tuh Puppen tahun 2002 apa 2003 gitu tampil di acara sma gw, mereka bawain lagu baru yang ceritanya tentang pengkhianat band metal yang beralih jadi lagu cengeng (Marcell)... [2] Mereka susah payah berjalan dengan idealisme mereka, tau2 ada anggotanya yang keluar demi suatu yang mereka mati2an tolak, tau nggak rasanya?”
[Thread from Forum Kafegaul.com. Posted by: BU33]

Fact:

That is taken from the thread that’s supposedly discussing our divorce issue. Seriously.

Dee’s Comment:

Marcell keluar dari band bernama Puppen pada tahun 1998. Saat dia masih mahasiswa tingkat dua. Baru empat tahun kemudian, tahun 2002, Marcell berkarier menjadi penyanyi. Dan sukses. I don’t know which part of his career path that was taken so hard by so many people. But I tell you this: it’s been TEN FRIKKIN’ YEARS, people! Get over it! Gosh.
When he plays drum like a rocker and has a voice of a pop singer, do we really need to make him scream and growl? Just so he stays ROCK, UNDERGROUND, and INDIE? And in order to avoid that mortal betrayal, do we need to ban him from singing and forever stick him to his Pro-Mark sticks (though I know he would love to stick to his huge set of Tama Starclassic EFX Performer forever)?
And the funniest part is: within his five years career, Marcell has created three best-selling albums, a movie, a couple of tv series, and hundreds of gigs all over the country, while most of his critics have created… none.


#7: The Sekong Lekong's Wishful Fantasy

“Katanya si Marcell ketahuan yah lagi pegang2an ama salah satu finalis L-Men 2008? Trus di sini dibilangnya Dewi selingkuh? Jadinya dicere'in. Nah karna itu, mereka nggak mau ngasih tau apa penyebab perceraiannya… [2] Iya, si Marcell kan waktu itu dikabarin lagi deket sama salah satu pria L-men... dan lagi Marcell sempet nyanyi pas di acara L-Men itu sendiri... dia dikabarin lagi rangkul2an gt trus ketahuan ama temen deketnya si Dewi, alias managernya... yah si Dewi nggak terima dong suaminya lekong gitu jadi putus deeh… [3] gue juga kaget waktu dengernya... Dewi aja nangis2 pas managernya ngomong gitu! lagian ****** banget managernya rada2 comel juga sih, masa suaminya kaya gitu dilaporin ke Dewi. Harusnya dilaporinnya ke publik.”
[Thread from Forum Detik.com. Originally posted by: Vermouth]

Fact:

Marcell is as straight as an arrow, and has no interest whatsoever in L-Men, X-Men or A-Men. Sorry to disappoint some of you.

Dee’s Comment:

For me, this is the most hillarious finding. I just couldn’t believe how imaginative, creative, and yet delusional people can be.


#8: The New Religion and The Food Status

"Oh, dulu yang katanya pasangan celebrities yang pindah agama dari Kristen ke Buddha itu ya? Apa mungkin mereka pindah ke Buddha supaya cerainya gampang ya? Kirain dulu mereka pindah Buddha karena ajarannya... (2) Menurut saya ya, kalau seorang Dewi Lestari (dan juga Marcell) jika ingin bercerai pindah agama dulu ke Buddhist merupakan langkah yang tepat. Sebab kalau mereka tetap Katholik, perceraian mereka nggak bakal bisa dilaksanakan."
[Thread from Milis Spiritual-Group, Posted by: Bung DK]

Fact:

Setelah bercerai, Dewi dan Marcell kini berpikir-pikir untuk menjadi penyembah Dewa Tapir. Sebuah aliran berhala zaman baru. Para penyembah Dewa Tapir ini percaya akan datangnya hari kiamat bernama The Armagedillo, di mana semua makhluk akan musnah kecuali hewan tapir dan para manusia penyembah Dewa Tapir. Kelak, tapir dan manusia akan kawin silang dan menghasilkan spesies baru bernama Homo Ayanugello. Spesies baru ini akan menggantikan Homo Sapiens sebagai penguasa Bumi. Di bawah dominasi spesies Homo Ayanugello, kehidupan di Bumi akan berubah total. Dijamin akan ada kemudahan untuk segalanya. Baik itu kawin, cerai, tidak kawin, bikin KTP, bikin SIM, bayar pajak, dsb. And if someone's still taking this statement seriously as fact, this time I don’t think even God Almighty will ever have mercy on your soul.

Dee’s Comment:

Dari hati yang paling dalam, jujur saya mengatakan: agama hanya cangkang bagi saya. Esensi terdalam dari sebuah agamalah yang menarik. Bukan kulit luarnya. Namun cangkang ini kadang memudahkan kita untuk aspek sosial dan bermasyarakat. Aturan pernikahan dan perceraian, menurut saya, ada di kulit luar. Jadi saya mengerti logika Bung DK. Tapi jika untuk bercerai saja saya perlu pindah agama, itu ibarat seseorang yang tertarik pada tusuk gigi di sebuah restoran, dan akhirnya memutuskan untuk membeli seluruh restoran. So inefficient, and so redundant. Out of the question.

Dan masih dari forum yang sama:

"Inti dari tulisan si Dewi tentang perceraiannya: Hubungan yang kadaluarsa. Ditulis dia sendiri pada paragraf ke 3, 4 dan 5. Bicara kadaluarsa, seperti sebuah produk maka tanggal pacaran mereka adalah tanggal produksi. Dan tanggal pernikahan mereka adalah tanggal pergantian kemasan barang dan peningkatan kandungan/ingredients dalam produk… Ada atau tidak ada kadaluarsa adalah pembicaraan yg mengarah sebuah penipuan. Penipuan atas kedok rasa bosan, eksplorasi dan pencarian sensasi. Kalau mau lebih enak ya undang si Dewi masuk milis ini."
[Posted by: David Silalahi]

Fact:

You’ll die. I’ll die. Amoeba will die. Even Earth is dying.
I wish we were all born with an expiry-date tag stapled to our butts so we know how much time left for us to talk all this nonsense. Unfortunately, we weren’t. Maybe that’s why so many of us waste our precious time on Earth scrutinizing and judging somebody else’s business.

Dee’s Comment:

Don’t bother to invite me in, David. Though I cannot see my expiry-date tag, I can feel that my time is not enough to discuss your issue with the word “kadaluarsa”. Dari observasi saya, sepertinya banyak sekali orang yang “korslet” dengan kata itu. Dan karena jerat bahasa dan kata ini, pengamatan kita sering dibuat melenceng. I don’t know what’s the real issue, tapi agaknya kata “kadaluarsa” dianggap menurunkan derajat kita menjadi makanan atau produk pabrik. Dan kita, manusia serba luhur ini, yang mengenal konsep agung semacam Cinta dan Tuhan, tidak layak dituduh punya jadwal kadaluarsa. Kita begitu terobsesi jadi abadi, atau setidaknya “memiliki” sesuatu yang abadi. Padahal jika kita jeli, segala kondisi dan fenomena akan berakhir. Tidak ada yang tetap. I don’t even think we *own* anything in the first place, even though we’d like to believe otherwise. Dan sejauh yang saya tahu, di liang lahat nanti kita betulan akan jadi makanan cacing. We’re food. We’re so edible. Ask Sumanto.


#9: The Mysterious Mid-Age Woman Revealed

"Marcell mendirikan rumah tangga dengan Dewi Lestari, pada 12 September 2003 dan mereka dikurniakan cahaya mata, Keenan Avalokita Kirana, 3. Tup! Tup! Baru-baru ini SS dikhabarkan mereka sudah berpisah. Disebalik cerita mengejut itu, SS tambah terkejut apabila dimaklumkan perceraian mereka angkara orang ketiga.
Khabarnya, wartawan Indonesia sibuk mencari siapakah kekasih baru Marcell hingga sanggup meninggalkan isterinya. Hebat sangatkah yang empunya diri sehingga berjaya merobohkan mahligai yang sudah bertahun dibina atas rasa cinta.
Hasil siasatan wartawan Indonesia itu lebih mengejutkan SS apabila dikatakan wanita yang bertanggungjawab menjadi punca keruntuhan rumah tangga Marcell ialah artis tapi bukan senegara sebaliknya dari seberang tambak Johor.
Artis itu dikatakan cukup terkenal di negaranya dan difahamkan janda anak satu. Bagaimanapun, SS kurang pasti sejauh mana hubungan Marcell dengan artis itu.
Sehingga kini, wartawan Indonesia belum tahu siapa artis wanita itu. Mungkin perkembangan artis di Singapura tidak sehebat artis di Malaysia.
Tapi selepas SS selidik sendiri, rupanya artis itu sedang berusaha membina nama di negara ini. Kalau tak salah SS, drama lakonannya sedang ditayangkan."
[MyMetro.Com – Soseh Soseh, Malaysia]

Fact:

Amazing, isn’t it? Bahkan negara tetangga kita, Malaysia, sudah mulai terinfeksi virus gosip “orang ketiga” dari jaringan media Indonesia. Walaupun kalau dibandingkan, media Malaysia yang satu ini lebih sportif karena masih mengakui bahwa dia tidak tahu pasti. Dan bagi rekan media se-tanah air, yang selalu tahu pasti akan segalanya, hentikan penyelidikan Anda sekarang juga. Saya akan memudahkan pekerjaan kalian semua dengan memberikan update terkini, sekaligus membuka tabir misteri, siapakah artis misterius yang sempat disebut sebagai “wanita paruh baya” di beberapa media Indonesia tanpa mengatakan “tidak tahu pasti” itu? Are you ready?
Her name is
Rima Adams (this given link is under her permission). I’ve met her in person, and she’s such a sweet woman, and nowhere near half of century old. She’s a Singaporean actress who’s currently working on Malaysian TV series. Dan dia memang sedang dekat dengan Marcell sekarang ini. Kedekatan mereka baru dimulai setelah saya dan Marcell dengan mantap memutuskan untuk berpisah. I’m sincerely happy for them and wish them all the best for now and for the future.
Dan jika Anda sungguh-sungguh menyimak kronologi di atas, sebetulnya ada fakta yang lebih penting, yang (sayangnya) menurut feeling saya, akan kembali diabaikan oleh beberapa pihak demi kesenangan dan kepicikan berpikir mereka, but I’m just gonna say it: she IS NOT the cause of our separation (subtitle Melayu: dia NAK bertanggungjawab atas punca keruntuhan rumah tangga Marcell. Tup! Tup!).

Dee’s Comment:

By announcing this news to both medias, Malaysia and Indonesia, I feel so international (at least, regional). Cool. Totally.


#10: The Hands That Will Rock Your Cradle… and Grave.

“Dee – Reza Gunawan Takashimaya Singapore / 30 July 2008: Gw barusan (1.10 pm SIN) liat Dewi Lestari ama Reza Gunawan gandengan tangan di Takashimaya B2. I took back what I said earlier bahwa gw ngga percaya Reza Gunawan jalan bareng Dewi. Ternyata oh ternyata... Semuanya bull****. Mau Dewi dengan segala justifikasinya dan Reza dengan klarifikasinya... [2] Gw dah mau foto, tapi batere hp gw abis. Pas gw mau klik, dia udah ngga bisa buat moto. Tapi gw ngga mungkin salah karena gw pernah contact dia beberapa waktu yang lalu... Bullsh1t semua, coba deh baca blognya dewi, di situ ada link ke blognya Reza. Apa yang ditulis ngga sama dengan kenyataan… Gw liat dengan mata kepala gw sendiri mereka jalan berdua, gandengan tangan, terus makan vegetarian food. Masa iya kaya gitu cuman SAHABAT? Ke Singapore bareng? Please deh.”
[Thread from Forum Detik.com. Posted by: Chocolate]

Fact:

Damn right we eat vegetarian food. We’re vegetarians! The only place where we’d be hanging out in the midst of Takashimaya food court must be a vegetarian food stall. Yes, it was us, all right. Saya dan Reza baru-baru ini memang pergi ke Singapura untuk mengikuti sebuah pelatihan penyembuhan. So, by all means, be proud of your 'mata kepala sendiri'. Be very proud. But use them more carefully when you read our blogs next time. We never mentioned anything that contradicts what you saw with those eagle-sharp eyes of yours, darling. Tsk, tsk.

Dee’s Comment:

Poor baby. Hp-nya habis baterai saat ingin menangkap adegan yang dikiranya akan menjadi skandal nasional tahun ini. Jadi, daripada satu arwah terkena risiko mati penasaran di kemudian hari, akan saya tuntaskan cita-cita mulianya yang ingin mengabadikan adegan kami bergandeng tangan di Singapura:


Tidak hanya agar arwahnya terbebas dari kemungkinan gentayangan, saya pun ingin membuat ia kelak mati tersenyum, bahkan hidup bahagia, detik ini, dengan memberikan beberapa bonus foto lagi:








Lihatlah bagaimana kedua tangan kami bermain aneka adu ketangkasan, dari mulai panco sampai injit-injit semut, bahkan melakukan pose balerina yang sedang akrobat. Semuanya khusus untuk Anda! Tak lupa, kami pun mempersembahkan sebuah karya seni, berjudul "American Eagle" by Dewi & Reza:


Oh... sebentar... tampaknya masih banyak dari teman-teman di Forum yang belum merasa puas. Baiklah. Spare your batu bata and head-hammering emoticon. Kami akan menyiapkan foto adegan yang paling Anda tunggu-tunggu... sebuah aksi panas yang pastinya mampu membakar Forum diskusi Anda...


So, rest in peace, my friend. May these small tokens from Singapore will make your days merrier. And don't worry, all pictures were actually taken in Singapore, in Changi Airport. When it comes to factuality, hey, we're the guys you can count on.


Hang loose! Ciao!

Barangkali akan ada yang bertanya: untuk apa saya menuliskan semua ini (aside from a good laugh)? Simple. I'd rather speak for myself than having bunch of infotainments or gossipheads do it for me. It's so much fun to create our own infotainment. And sure, they may still do what they need to do, but I'm not gonna miss all the fun. Heheh.

Demikianlah ulasan iseng-iseng tidak iseng saya. Selama kurang lebih sebulan berita tentang perpisahan saya dan Marcell bergulir, begitu banyak hal yang bisa saya renungkan dan pelajari hanya dengan mengamati berbagai reaksi dan komentar yang dilontarkan media, publik, termasuk dari orang-orang yang kami kenal secara pribadi.

Pertama, reaksi bungkam sering diartikan sebagai tindakan terbijak, karena itu membuktikan bahwa kita kebal dan tidak terpancing emosinya. Kita bahkan punya semboyan: diam berarti emas. Namun seringkali “bungkam” yang terjadi adalah menyumpal mulut setengah mati, sementara hati panas terbakar seperti neraka. Kondisi itu, dalam istilah saya, menjadi: diam berarti emas imitasi. Jadi, dalam diam kita, sesungguhnya kita bisa sangat terpengaruh dan bereaksi. Dan di balik sikap tidak bungkam, seseorang bisa jadi betulan kebal dan tak terpengaruh. Ia hanya semata-mata ikut bermain dengan arus tanpa tenggelam di dalamnya.

Dengan menuliskan kedua posting terakhir ini, Anda bisa melihat bahwa saya tidak memilih sikap seratus persen bungkam. Tapi jangan salah. Tujuan saya menulis ini juga bukan untuk membuktikan bahwa saya sama sekali imun dari reaksi emosi atas gelombang gosip (bahkan menjurus fitnah—as you can see) yang terjadi seputar isu perpisahan saya. Saya sangat punya reaksi emosi, yang juga berwarna-warni. Namun inilah puncaknya: life is so darn funny. It’s the best comedy ever. And I choose to laugh.

Kesimpulan kedua saya, semakin seseorang tidak mengenal kita, semakin banyak ia berkomentar. Semakin seseorang mengenal atau memahami kita (tanpa perlu kenal), semakin sedikit dan berhati-hati ia berkomentar.

Riz-Q May

Tidak ada komentar: